Wednesday 4 January 2012

Obstruksi Biliaris


A.    Pendahuluan
Angka kematian perinatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 40/1000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut antara lain penyakit dan semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang berhubungan langsung pada bayi baru lahir adalah penyakit. Penyakit tersebut sangat beresiko tinggi pada bayi, oleh karenanya perlu mendapat penatalaksanaan yang cepat sehingga angka kematian dan kesakitan dapat diturunkan. Bayi-bayi yang beresiko tinggi salah satunya yaitu kuning atau ikterus yang patologis, seperti ikterus obstruktif atau obstruksi biliaris.
Obstruksi biliaris adalah penyumbatan saluran empedu sehingga mengakibatkan penumpukan bilirubin dan terjadi kuning atau ikterus, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena penyumbatan kandung empedu oleh batu empedu. Biasanaya ditandai dengan kuning pada bayi, sehingga sangat sulit dibedakan antara ikterus yang fisiologis dan ikterus patologis atau obstruksi biliaris bila tidak dilakukan pemeriksaan lebih mendetil. Obstruksi biliaris ini merupakan bentuk patologis dari ikterus, sehingga memerlukan penanganan khusus dan lebih kompleks daripada ikterus fisiologis yang biasanya sering dialami oleh bayi baru lahir. Penanganan obstruksi biliaris ini memerlukan pembedahan untuk mengatsinya.
Obstruksi biliaris hampir mirip dengan atresia empedu, karena sama-sama menyumbat saluran empedu. Sedangkan insidensi atresia empedu eksrahepatis adalah 5-10 kasus / 100.000 kelahiran hidup, atau 3-15  / 100.000 dari bayi-bayi yang dirawat. Atau sekitar 1 / 2.500 per kelahiran hidup untuk ikterus obstruksi. Dari data di atas dapat dilihat angka kejadian obstruksi biliaris ini di Indonesia tidak begitu besar, namun walau begitu tetap harus ditangani dan diwaspadai dengan seksama, untuk mengurangi kematian perinatal yang masih tinggi di Indonesia ini.
B.     Definisi
Obstruction : 1. tindakan memblokir atau menyumbat.
 2. keadaan atau kondisi tersumbat.
Biliary : berhubungan dengan empedu, saluran empedu, atau kandung empedu.
C.    Penyebab
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai sterkobilin) di dalam feses. Dalam keadaan normal seharusnya bilirubin dialirkan ke traktus gastrointestinal. Akibat hambatan tersebut terjadi regurgitasi bilirubin ke dalam aliran darah, sehingga terjadilah ikterus.
D.    Patofisiologi
Empedu yang disekresikan terus menerus oleh hepar masuk kedalam duktus
biliaris yang kecil dalam hepar. Duktus biliaris yang kecil bersatu dan membentuk
dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hepar sebagai duktus
hepatikus kanan dan kiri yang segera bersatu menjadi duktus hepatikus komunis.
Duktus hepatikus komunis bergaung dengan duktus sistikus menjadi duktus kholedekus yang akan bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula vateri yang bermuara di duadenum. Penimbunan pigmen empedu dalam tubuh menyebabkan warna kuning sampai kehijauan pada jaringan yang disebut ikterus dan ini merupakan tanda penting dari penyakit hati, saluran empedu dan penyakit darah.
Mekanisme terjadinya ikterus adalah menyangkut pengertian pembentukan, teiransfort, metabolisme dan ekresi bilirubin. Terdapat 4 mekanisme dimana hiperbilirubinemia dan ikterus dapat terjadi :
a.       Pembentukan bilirubin berlebihan.
b.      Gangguan pengambilan bilirubin tak terkonyugasi oleh hati.
c.       Gangguan konyugasi bilirubin.
d.      Pengurangan eksresi bilirubin terkonyugasi dalam empedu akibat faktor intra hepatik dan ekstra hepatik yang bersifat obstruksi fungsional/mekanik.
Penyebab ikterus kholestatik bisa intra hepatik atau ekstrahepatik. Penyebab
intra hepatik adalah inflamasi, batu, tumor, kelainan kongenital duktus biliaris.
Kerusakan dari sel paremkim hati menyebabkan gangguan aliran dari garam bilirubin dalam hati akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan kedalam duktus hepatikus karena terjadinya retensi dan regurgitasi. Jadi akan terlihat peninggian bilirubin terkonyugasi dan bilirubin tidak terkonyugasi dalam serum. Penyumbutan duktus biliaris yang kecil intrahepatal sudah cukup menyebabkan ikterus. Kadang-kadang kholestasis intra hepatal disertai dengan obstruksi mekanis didaerah ekstra hepatal.
Obstruksi mekanik dari aliran empedu intra hapatal yang disebabkan oleh batu/hepatolith biasanya menyebabkan fokal kholestasis, keadaan ini biasanya tidak terjadi hiper bilirubinemia karena dikompensasi oleh hepar yang masih baik. Kholangitis supuratif yang biasanya disertai pembentukan abses dan ini biasanya yang menyebabkan ikterus. Infeksi sistemik dapat mengenai vena porta akan menyebabkan invasi kedinding kandung empedu dan traktus biliaris.
Pada intra hepatik kholestasis biayanya terjadi kombinasi antara kerusakan sel
hepar dan gangguan metabolisme (kholestasis dan hepatitis). Ekstra hepatik kholestatik disebabkan gangguan aliran empedu kedalam usus halus sehingga akibatnya terjadi peninggian bilirubin terkonyugasi dalam darah. Penyebab yang paling sering dari ekstra hepatik kholestatik adalah batu diduktus kholedekhus dan duktus sistikus, tumor duktus kholedekus, kista duktus kholeskhus, tumor kaput pankreas, sklerosing kholangitis.

E.     Tanda Gejala
·         Gambaran Klinis
Gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus. Selain ikterus, feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan terlihat seperti dempul. Urin menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan radiologi selain kadar bilirubin dalam darah.
·         Pemeriksaan Radiologi menggambarkan Obstruksi Biliaris
-        Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG sangat mudah melihat pelebaran duktus biliaris intra/ekstra hepatal sehingga dengan mudah dapat mendiagnosis apakah ada ikterus onstruksi atau ikterus non obstruksi. Apabila terjadi sumbatan daerah duktus billiaris yang paling sering adalah bagian distal maka akan terlihat duktus biliaris komunis melebar dengan cepat yang kemudian diikuti pelebaran bagian proximal. Untuk membedakan obstruksi letak tinggi atau letak rendah dengan mudah dapat dibedakan karena pada obstruksi letak tinggi atau intrahepatal tidak tampak pelebaran dari duktus biliaris komunis. Apabila terlihat pelebaran duktus biliaris intra dan ekstra hepatal maka ini dapat dikategorikan obstruksi letak rendah (distal). Pada dilatasi ringan dari duktus biliaris maka kita akan melihat duktus biliaris kanan berdilatasi dan duktus biliaris daerah perifer belum jelas terlihat berdilatasi.
Kista duktus kholesdekhus adalah pelebaran kistik dari duktus biliaris yang biasanya didapat secara kengenital. Kelainan ini bisa disertai oleh pelebaran duktus biliaris intra hepatal. Pada USG akan terlihat banyangan masa kistik yang berhubungan dengan duktus biliaris dan kenmungkinan akan terlihat bayangan batu atau infeksi kandung empedu.
-        CT-Scan
Pemeriksaan CT Scan mengenai tractus biliaris banyak dilakukan untuk melengkapi data suatu pemeriksaan sonografi yang telah dilakukan sebelumnya. Secara khusus CT Scan dilakukan guna menegaskan tingkat atau penyebab yang tepat adanya obstruksi/kelainan pada saluran empedu. Dalam hal ini CT Scan dinilai untuk membedakan antara ikterus obstriktif, apakah intra atau ekstra hepatik dengan memperhatikan adanya dilatasi dari duktus biliaris. Kunci untuk menetapkan tingkat atau penyebab dilatasi duktus biliaris adalah evaluasi yang cermat mengenai zona transisi pada tingkat dimana terjadi duktus yang melebar/dilatasi kemudian terjadi penyempitan-penyempitan duktus buliaris dan kemudian duktus yang tidak terlihat.
F.     Komplikasi
Untuk membedakan ikterus karena penyumbatan empedu atau bukan, dapat dilihat dari  kotorannya. Bila kotorannya kuning, biasanya karena pemecahan. Tapi  yang disebabkan penyumbatan, kotorannya akan terlihat putih seperti  dempul. Hal ini karena empedunya tidak bisa masuk usus, sehingga kotoran tidak bisa diolah dan menyebabkan berwarna putih. Akibatnya, bahan beracun tersebut menumpuk di hati dan menyebabkan  kerusakan sel-sel hati. Bila keadaan ini berlangsung lama dan terus-menerus, satu saat hati mengalami komplikasi berat yang disebut sirosis. Dalam hal ini sel-sel hati diganti oleh jaringan ikat hingga  hati menciut, keras, dan tak dapat lagi menjalankan fungsinya yang  sangat vital bagi kehidupan si individu.
G.    Penatalaksanaan
·         Penatalaksanaan Medis
Operasi. Membutuhkan tindakan pembedahan, ekstraksi batu empedu diduktus, atau insersi stent, dan drainase bilier paliatip dapat dilakukan melalui stent yang ditempatkan melalui hati (transhepatik) atau secara endoskopik. Papilotomi endoskopik dengan pengeluaranbatu telah menggantikan laparatomi pada pasien dengan batu di duktus kholedokus. Pemecahan batu di saluran empedu mungkin diperlukan untuk membantu pengenluaran batu di saluran empedu.
·         Penatalaksanaan Keperawatan
Pertahankan kesehatan bayi (pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta menghindari kontak infeksi). Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubenemia biasa yang dapat hanya dengan terapi sinar atau terapi lain. Pada bayi ini perlu tindakan bedah karena terdapatnya penyumbatan.


DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta 1995
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. EGC. Jakarta 1992
Dorland. Kamus Kedokteran Dorland cetakan III. EGC. Jakarta. 1996

No comments:

Post a Comment