Friday 6 January 2012

Menopause

a.   Pengertian
Menopause berasal dari kata Yunani yaitu “meno” (bulan) dan “pause” (penghentian). Websters Ninth new Collegiate Dictionary mendefinisikan menopause sebagai periode berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi pada usia 45-50 tahun (Kasdu, 2002). Menurut Ganong (1999) cit Fitriani (2008) menopause adalah masa ketika ovarium manusia menjadi tidak responsif terhadap gonadotropin seiring dengan pertambahan usia dan fungsinya menurun, sehingga daur seksualnya menghilang. Haid biasanya pada seorang wanita akan menjadi tidak teratur dan berhenti antara usia 45-55 tahun (Siswanto, 2001).
Menurut Suherman (1996) cit Fitriani (2008) menopause adalah suatu periode ketika seorang wanita tidak lagi mengalami haid (umumnya setelah 12 bulan tanpa haid), hal ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak dapat lagi hamil atau tidak lagi produktif.
Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis dibuat setelah terdapat amenorhea sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid bisa didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum dan pola kehidupan. Ada kecenderungan dewasa ini untuk terjadinya menopause pada umur yang lebih tua.
          Terjadinya menopause ada hubungannya dengan menarche. Semakin dini menarche terjadi, maka semakin lambat menopause timbul. Pada abad ini tampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi makin panjang. Walaupun demikian di negara-negara maju menopause tidak begeser lagi keumur yang muda, tampaknya batas maksimal telah tercapai. Menopause yang artifisial karena operasi atau radiasi umumnya menimbulkan keluhan yang banyak dibandingkan dengan menopause alamiah (Pieter, dkk,2010)
Menurut Kasdu (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kapan wanita mengalami menopause antara lain adalah :
1)  Usia haid pertama kali (menarche)
Semakin muda usia seorang wanita mengalami haid pertama kalinya, semakin lama ia memasuki usia menopause.
2)  Faktor psikis
Keadaan wanita yang tidak menikah dan bekerja mempengaruhi perkembangan psikisnya, mereka akan mengalami masa menopause lebih muda dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja.


3)  Jumlah anak
Semakin sering seorang wanita melahirkan, maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa menopause.
4)  Usia melahirkan
Semakin tua seorang waanita melahirkan anak, maka semakin tua ia mulai  memasuki usia menopause. Hal ini karena kehamilan dan persalinan memperlambat sistem kerja organ reproduksi, bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.
5)  Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi khususnya kontrasepsi jenis hormonal akan memperlama datangnya masa menopause. Hal ini dikarenakan cara kerja kontrasepsi hormonal yang menekan fungsi indung telur.
6)  Merokok
Wanita perokok diduga akan lebih cepat memasuki masa menopause.
Sarwono (2003) menyebutkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi menopause antara lain :
1)  Faktor genetik
Wanita di Eropa tidak sama masa menopausenya dengan wanita di Asia.
2)  Siklus haid
Wanita dengan siklus haid pendek memasuki menopause lebih awal jika dibandingkan dengan wanita yang memiliki siklus haid normal.


3)  Wanita nulipara
Wanita nulipara lebih cepat memasuki masa menopause dibandingkan dengan wanita primipara.
4)  Status gizi
Wanita yang gizinya terpenuhi akan lebih lambat mengalami menopause.
5)  Wanita vegetarian
Wanita yang hanya makan sayur-sayuran (vegetarian) akan mengalami menopause lebih awal jika dibandingkan dengan wanita yang tidak vegetarian.
6)  Sosio-ekonomi
Banyak wanita dengan sosio-ekonomi rendah lebih awal mengalami menopause dibandingkan wanita dengan sosio-ekonomi tinggi.
b.   Tahapan Menopause
Menurut Kasdu (2002), siklus kehidupan seorang wanita akan mengalami fase-fase perkembangan, terutama fase yang berkaitan dengan fungsi organ reproduksi wanita. Fase-fase tersebut dibagi menjadi tiga tahapan yaitu :
1)  Masa sebelum menstruasi
Masa sebelum haid yang berlangsung sejak bayi hingga masa prapubertas (sekitar usia 8-12 tahun) dan masa pubertas (usia 12-13 tahun). Pada masa ini wanita mulai mengalami masa yang disebut fase reproduksi.


2)  Fase reproduksi
Fase reproduksi atau periode fertile (subur) berlangsung sampai usia sekitar 45 tahunan dan pada masa inilah organ reproduksi wanita akan mengalami fungsi yang sebenarnya, yaitu hamil dan melahirkan.
3)  Masa setelah menstruasi
Masa ini adalah fase terakhir dalam kehidupan seorang wanita, dimana masa reproduksinya berakhir yang disebut masa klimakterium. Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif. Periode ini dapat berlangsung antara 5-10 tahun sekitar menopause. Menurut Kasdu (2002) dan Pakasi (2000), masa klimakterium berlangsung secara bertahap yaitu :
a)  Masa premenopause
Masa sebelum berlangsungnya perimenopause, yaitu sejak fungsi reproduksi mulai menurun sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Masa ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak dan kadang-kadang disertai nyeri haid (disminorea). Terjadi pada masa 4-5 tahun sebelum menopause.
b)  Masa perimenopause
Periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah menopause. Masa wanita mengalami akhir dari datangnya haid sampai berhenti sama sekali.
c)  Masa menopause
Masa menopause dikatakan sebagai haid alami yang terakhir. Diagnosis  menopause jika seorang wanita tidak haid selama 12 bulan.
d)  Masa postmenopause
Masa setelah perimenopause sampai senilis.
c.   Perubahan Selama Menopause
Kasdu (2002) membagi perubahan yang terjadi selama menopause menjadi empat, yaitu :
1)  Perubahan organ reproduksi
Akibat berhentinya haid, berbagai organ reproduksi akan mengalami berbagai perubahan. Perubahan itu antara lain :
a)  Rahim (uterus)
Rahim mengalami atropi (keadaan kemunduran gizi jaringan), panjangnya menyusut, dan dindingnya menipis. Jaringan miometrium (otot rahim) sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks (leher rahim) menyusut bahkan lama-lama akan merata dengan dinding vagina.
b)  Saluran telur
Lipatan saluran menjadi lebih pendek, menipis dan mengerut serta rambut getar (fimbria) menghilang.
c)  Indung telur
Dengan menurunnya produksi indung telur maka terjadi juga penurunan hormon yaitu estrogen, progesteron, dan androgen. Akibatnya, ukuran indung telur akan mengecil dan permukaannya akan menjadi keriput, terjadi sklerosis (penebalan) pada sistem pembuluh darah indung telur, siklus menjadi anovulasi (tidak ada ovulasi), terjadi perubahan endometrium akibat produksi hormon estrogen yang menurun.
d)  Serviks
Serviks mengalami pengerutan dan pemendekan.
e)  Vagina
Vagina mengalami konstraktur (melemahnya otot jaringan), panjang dan lebar vagina juga mengalami pengecilan. Selaput lendir akan menipis dan tidak lagi elastis.
f)   Vulva
Jaringan pada vulva akan menipis akibat berkurang dan hilangnya jaringan lemak serta jaringan elastik. Kulinya menipis dan pembuluh darah berkurang sehingga menyebabkan pengerutan lipatan vulva.
2)  Perubahan hormon
Pada kondisi menopause, reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang berkurang. Meskipun perubahan juga terjadi pada hormon lainnya seperti progesteron tetapi perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi dan psikis adalah akibat dari perubahan hormon estrogen. Beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh akibat kekurangan hormon estrogen sebagai berikut :


a)  Gejala vasomotorik
Gejala vasomotorik adalah gejala defisiensi estrogen primer yang disebabkan ketidakseimbangan otonom sentral dari vasomotor. Gejala ini antara lain berupa gejolak panas (hot flushes), vertigo, keringat banyak, perasaan lemes, dan perasaan jantung berdebar-debar.
b)  Gejala konstitusional
Gejala konstitusional adalah gejala sekunder yang terjadi sebagai rangsangan tidak langsung dari penurunan hormon estrogen. Gejala ini berupa mudah tersinggung, sakit kepala (migrain), nyeri otot dan nyeri pinggang.
c)  Gejala psikiastenik dan neurotik
Gejala ini sebagai gejala reaktif pada penderita psikiastenik dan neurotik. Gejala-gejala ini berupa depresi, kelelahan somatik, susah tidur, rasa kuatir, rasa takut berlebihan, dan gangguan libido.
3)  Perubahan fisik
Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Keluhannya berupa hot flushes (perasaan panas), keringat berlebihan, vagina terasa kering sehingga menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan intim, tidak dapat menahan air kencing, hilangnya jaringan kolagen sehingga menyebabkan kulit kering dan keriput serta rambut menjadi rontok, penambahan berat badan, mata terasa kering dan gatal, nyeri tulang dan sendi.
4)  Perubahan emosi
Menurut Kasdu (2002), perubahan psikis pada wanita menopause sangat tergantung pada masing-masing individu. Pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya. Pengetahuan yang cukup akan membantu mereka memahami dan mempersiapkan dirinya menjalani masa menopause dengan baik.
Perubahan emosi yang sering muncul pada masa menopause adalah keadaan emosi yang kurang stabil. Namun pada umumnya, seorang wanita akan mengalami ketidakstabilan emosi ini tidak akan berkepanjangan seiring dengan kekhawatiran yang mungkin akan terjadi pada tubuhnya dengan berakhirnya masa haid. Dan kestabilan emosi ini akan diperoleh kembali setelah mereka mendapatkan informasi yang baik tentang menopause.
Selain perubahan emosi, perubahan psikis akan terjadi juga. Gejala psikis yang muncul antara lain mudah lupa, kurang dapat memusatkan perhatiannya, kecemasan, mudah marah dan depresi.
d.   Gangguan Kesehatan Pada Masa Menopause
Ketika usia semakin meningkat, timbulnya berbagai gangguan tubuh semakin meningkat pula. Ada beberapa penyakit yang timbul seiring dengan hilangnya atau melemahnya organ pada jangka panjang setelah masa menopause. Diantaranya yang sering muncul adalah gangguan osteoporosis dan jantung koroner. Akibat dan efek samping yang terjadi dari perubahan organ reproduksi pada masa menopause, antara lain gairah seksual menurun dan gangguan tubuh lainnya, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.


Aning Septin Roswati
Menopause , Mekanisme koping , masa tua

No comments:

Post a Comment