Monday 7 November 2011

Kehamilan Ektopik


A.    Definisi Kehamilan Ekstra Uterine
Dalam keadaan normal kehamilan akan terjadi di intrauterine, nidasi akan terjadi pada endometrium korpus uteri. Dalam keadaan abnormal ovum yang dibuahi (hasil konsepsi) berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni terjadi di luar endometrium rahim, kejadian semacam inilah yang disebut dengan “kehamilan ekstra uterin”. Namun karena kehamilan pada pars intertisial tuba dan kehamilan pada kanalis servikalis masih terdapat dalam rahim dan merupakan kehamilan yang abnormal dan ektopik, seningga kehamilan ekstra uterin ini lebih tepat disebut dengan kehamilan ektopik.
Kehamilan ektra uterin atau yang biasa disebut dengan kehamilan ektopik dapat terjadi di beberapa tempat, diantaranya:
-          Kehamilan ektopik di tuba falopii : pars interstisialis, isthmus, ampulla, infundibulum, dan fimbria.
-          Kehamilan ektopik di uterus : kanalis servikalis, divertikulum, kornua, tanduk rudimenter.
-          Kehamilan ektopik di ovarium
-          Kehamilan ektopik di intraligamenter
-          Kehamilan ektopik di abdominal : primer dan sekunder.
-          Kombinasi kehamilan ektopik dalam dan luar uterus.
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang terjadi 0-14,6%.

B.     Faktor Penyebab Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Penyebab dari kehamilan ektopik ada yang diketahui ada pula yang tidak diketahui. Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik, namun kehamilan ektopik dapat juga terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah :
·         Faktor riwayat kehamilan ektopik sebelumnya. Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.
·         Faktor penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 – 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
·         Faktor kerusakan dari saluran tuba. Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya adalah :
1.      Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh.
2.      Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea.
3.      Endometriosis tuba : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba.
4.      Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung, menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.
5.      Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing.
6.      Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk.
7.      Gangguan fungsi rambut getar ( silia ) tuba.
8.      Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna.
9.      Struktur tuba.
10.  Divertikel tuba dan kelainan congenital lainnya.
11.  Perleketan peritubal dan lekukan tuba
12.  Tumor lain menekan tuba.
13.  Lumen kembar dan sempit
·         Faktor uterus :
1.      Tumor rahim yang menekan tuba
2.      Uterus hipoplastis
·         Faktor ovum :
1.      Migrasi eksterna dari ovum
2.      Perlekatan membrana granulosa
3.      Rapid cell devision
4.      migrasi internal ovum

C.     Diagnosa dan Gejala Klinik Kehamilan Ekstra Uterine
1.      Anamnesis : terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa bulan atau hanya haid tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya.
2.      Bila dijumpai KET : pada abortus tuba tidak begitu berat hanya rasa sakit di perutdan perdarahan pervaginam, bila terjadi ruptur tuba maka gejala akan lebih hebat dan membahayakan ibu.
3.      Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut seperti di iris-iris dengan pisau bahkan sampai pingsan.
4.      Tanda-tanda akut abdomen : nyeri tekan hebat, mual, mutah, tensi rendah, nadi kecil dan halus, anemi.
5.      Nyeri bahu : karena perangsangan diafragma.
6.      Tanda cullen : sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.
7.      Pada pemeriksaan ginekologik : nyeri ayun porsio dan nyeri tekan pada kavum Dauglasi, teraba masa pelvis.
8.      Pervaginam keluar desidual cast.
9.      Palpasi perut dan perkusi : ada tanda-tanda perdarahan abdominal.
10.  Pemeriksaan laboratorium : Hb seri di periksa setiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar Hb; adanya lekositosis.
11.  Kuldosentesis (Douglass Pungsi) : Untuk mengetahui adakah darah dalam kavum Douglasi. Bila keluar darah merah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau hanya bekuan kecil maka ini dikatakan positif (fibrinasi) dan menunjukkan adanya hematoma retrourina, tapi bila darah segar berwarna merah dan beberapa menit membeku maka hasinya negatif karena darah berasak dari arteri atau vena yang tertusuk.
12.  Dengan cara diagnostik laparoskopi.
13.  Dengan cara ultrasonografi

D.    Komplikasi Kehamilan Ektopik
§  Bisa menyebabkan infertilitas.
§  Menyebabkan infeksi.
§  Terjadi abortus tuba (65 %), perdarahannya bisa sedikit atau banyak.
Hasil konsepsi atau perdarahan bisa keluar kea rah kavum uteri dan dikeluarkan pervaginam, atau dari kavum abdominal sehingga bertumpuk dibelakang rahim disebut hematoma retrourina atau masa pelvis (pelvic mass).
§  Terjadi ruptur tuba (35 %). Bila robekan kecil maka hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba, sedangkan dari robekan terjadi perdarahan yang banyak Bila robekan besar hasil konsepsi keluar dan masuk dalam rongga perut, nasib konsepsinya yait : Mati dan bersama darah berkumpul diretrourina. Bila janin agak besar dan mati akan menjadi litopedion dalam rongga perut. Janin keluar dari tuba diselubungi kantong amnion dan plasenta yang utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut dan terjadi kehamilan abdominal sekunder.

E.     Penatalaksanaan dan Pencegahan Kehamilan Ektopik
Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain lokasi kehamilan dan tampilan klinis.
1.      Penatalaksanaan Ekspektasi
Penatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% pasien -hCG. Padabdengan kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar  -hCG yang b penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan kadar  stabil atau cenderung turun diobservasi ketat. Oleh sebab itu, tidak semua pasien dengan kehamilan ektopik dapat menjalani penatalaksanaan seperti ini.
2.      Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Sehingga keadaan pasien harus diperhatikan sebelum diberikan penatalaksanaan medis. Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu : Methotrexate, Actinomycin, Larutan Glukosa Hiperosmolar
3.      Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu. Pembedahan tersebut dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun bila pasien jatuh ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan per laparoskopi.
4.      Salpingostomi
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil konsepsi segera terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati.
5.      Salpingotomi
Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada salpingotomi insisi dijahit kembali.
6.      Salpingektomi
Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum maupun yang sudah terganggu, dan dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi.
7.      Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi
Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan menyemburkan cairan di bawah tekanan dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat terdorong dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan cairan bertekanan.

Sumber :
-          Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
-          Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
-          Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
-          www.wikipedia.com

2.      Media
Leaflet

No comments:

Post a Comment